Wednesday, 10 February 2016

Cerpen Tentang Kehidupan

CINTAKU DI UJUNG   VIRUS HIV

“Aku ini siapa? Kenapa aku ditakdirkan untuk menjadi orang seperti ini?” Katanya dalam hati. Seharusnya aku harus bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini dan bertemu dengan ibu panti yang baik hati. Yah itulah aku Ranti Maria. Aku adalah seorang perempuan biasa yang nasibnya kurang beruntung, karena waktu masih bayi aku sudah dibuang oleh ibuku ke panti asuhan, entah apa salahku sehingga ibuku tega membuang aku,masih untung aku dibuang di panti asuhan bukan di tempat sampah ,dan lebih beruntungnya lagi aku diasuh  oleh seorang ibu panti yang sangat baik hati.Ia selalu sabar dalam menghadapi anak-anak panti dan tegar dalam menghadapi segala persoalan. Umurku sekarang sudah 22 tahun, tapi ya beginilah aku hanya seorang anak panti yang hanya mengenyam pendidikan sampai smp saja. Aku sudah beberapakali mencari pekerjaan untuk membantu biaya keperluan panti ini namun apa boleh buat, ditolak sana sini sudah biasa bagiku. Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk memilih menjadi pekerja di warung makan padang, walaupun tidak seberapa gajinya setidaknya aku bisa membantu ibu panti.
“Ran andai nanti kamu  dipinang oleh mas Toni, jangan lupakan kita semua ya!” (Dengan suara lembut) Kata sahabatnya yang sekamar dengan Ranti. “Kamu bicara apa sih La,mana mau keluarga mas Toni dengan ku?” Jawab Ranti. ”Emang kenapa? Kamu rajin,cantik,pandai masak kurang apa coba?” Sahut Lala. “Sudah malam nih tidur dulu ya cantik.” Kata Ranti
Pada suatu hari Ranti diajak ke rumah Toni untuk dikenalkan kepada orang tuanya. “Aku takut kalau orang tuamu tak merestui hubungan kita” kata Ranti. “Kenapa harus takut? Orang tuaku baik kok.” Jawab Toni. Kita bersama-sama memasuki rumah. “Tok tok tok selamat malam ma.” Sapa Toni. “Selamat malam nak, ayo silahkan duduk! Ini siapa nak cantik sekali?” Sapa mama Toni. “Kenalin Ma ini Ranti pacarku” (Rantipun tersenyum). “O orang mana nak? Sudah kerja atau masih kuliah? Orang tuamu kerja dimana?” Pertanyaan dari ayah  Toni. “Saya anak Panti Asuhan Sukasari tante, saya sudah kerja di warung makan padang, dan saya tidak tahu dimana orang tua saya.” Jawab polos Ranti. Setelah mendengar jawaban dari Ranti raut wajah orang tua Toni yang awalnya semangat menjadi sadis kepada Ranti.
Setelah acara makan malam itu selesai kemudian Ranti memilih langsung pulang karena ia telah yakin terhadap keputusan yang akan disampaikan oleh orang tua Toni. Sudah biasa Ranti dihina, dicaci maki dan dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Keesokan harinya Ranti bertemu dengan Toni dan memutuskan untuk putus. Toni menolak tapi keputusan yang diambil Ranti sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat.
Setelah lima bulan putus dengan Toni, Ranti belum menemukan orang yang pas untuk menggantikan sosok Toni. Ranti mengisi hari-harinya dengan bekerja dan membantu ibu panti mengurusi anak-anak panti yang masih kanak-kanak.
Seminggu kemudian sahabatnya yang bernama Lala menikah dengan orang yang dicintainya. “Ran jangan lupa kapan-kapan mampir di rumahku ya, dekat sini kok di jalan Mangga No 5.” Kata Lala. “Iya sayang, semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warohmah ya.”
Pada saat siang hari ada seorang pembeli laki-laki, ia berpakaian rapi, tinggi dan  tampaknya seperti orang kaya gitu. “Mbak nasi sama lauk pauk komplit ya!” Pinta lelaki itu. “Iya, tunggu bentar ya.” Jawab Ranti. Nampaknya lelaki itu jatuh hati kepada Ranti dan mulai saat itu lelaki itu sering makan di warung tersebut. Pada saat Ranti mau pulang ke panti tiba-tiba lelaki itu memberanikan diri untuk mengajak kenalan. Dan Rantipun asal mau diajak kenalan oleh lelaki itu, sepertinya lelaki itu anak baik-baik. Nama lelaki tersebut adalah Reno.
Reno sangat baik kepada Ranti dan sangat perhatian, selain itu juga menerima Ranti apa adanya. Ia sering mengantarkan pulang Ranti ke panti. Seiring berjalannya waktu Reno dan Ranti menjalin tali kasih dan suatu saat Reno mengajak menjalin hubungan yang lebih serius. Seperti biasa hubungan Reno dan Ranti tak mendapat restu dari orang tuanya. Akhirnya mereka memutuskan untuk nikah paksa.         
Keputusan telah mereka ambil dan harus berani melaksanakan. Reno sudah tak dianggap oleh keluarganya sebagai anak, sedangkan Ranti tak punya harta apa-apa, itu artinya mereka hidup dengan keadaan yang pas-pasan. Ranti masih tetap bekerja di warung makan sedangkan Reno gagal di bisnisnya. Ia mengalami gulung tikar. Dengan gaya hidup Reno yang mewah membuat keadaannya semakin stress.
Waktu  demi waktu terus berjalan hingga ia mempunyai seorang anak laki-laki yang berusia enam tahun. “Kenapa ini harus terjadi kepada malaikat kecilku? Kenapa engkau tak timpakan kepadaku saja? Apa yang telah ia perbuat sehingga kau memberikan hukuman ini kepada anakku Tuhan?” Rintihan Ranti yang kini sudah menjadi seorang ibu. “Ma sakit ma.” Rintihan sakit dari anak Ranti yang bernama Ali.
“ Dok gimana keadaan Ali? Apa penyakit yang diderita Ali sudah menyebar ke seluruh tubuh? ” Tanya Ranti. “ Keadaan Ali sudah sangat kritis tapi kini kami belum menemukan obat untuk menyembuhkan penyakit tersebut. ” Jawab Dokter. Air mata ini terus mengalir ketika mendengar itu semua, apalagi pada saat anakku merintih kesakitan betapa teriris hati ini.
Betapa bodohnya aku, kenapa dulu aku menikah dengan orang yang tak ku ketahui masa lalunya, masa lalu yang suram, bagaikan lembah hitam di kehidupan ini. Ternyata orang yang aku nikahi adalah dulunya seorang pecandu barang setan. Barang setan tersebut kini telah merayu suamiku kembali dan pada saat dalam kondisi ekonomi kami tersungkur, ternyata ia tak kuat dengan gaya hidup yang seadanya, ia memilih hidup dengan barang setan tersebut. Dan kini apa yang telah terjadi? Karena ketidaktahuanku terhadap masalalunya, kini dampaknya adalah anakku, anakku yang tak berdosa harus menahan sakit yang luar biasa, virus-virus yang menggerogoti sel darah putih anakku dan menyebabkan rusaknya sistem kekebalan, daya tahan tubuh anakku melemah, kini barbagai penyakit menyerang anakku karena ulah dari virus HIV.
Sekarang aku lemah, aku tak sanggup melihat kehidupanku seperti ini, aku marah sama tuhan kenapa ini terjadi kepadaku? Suamiku hilang entah kemana, ia memilih kembali hidup bersama obat haram tersebut, anakku yang tak berdosa harus menanggung semua ini. Kenapa? Kenapa? Uang tak berkecukupan untuk membeli obat antibody, obat yang hanya berfungsi untuk mencegah perkembangbiakan virus HIV tersebut.
Langkah demi langkah kaki ini menuju ke rumah sahabatku yang bernama Lala. “Masuklah!” Perintah Lala. Air mata ini tak kuasa ku bendung. “Aku tidak kuat dengan cobaan ini La.” Rintih Ranti. “Kamu harus bangkit, kamu harus tegar meghadapi masalah ini! Kamu harus memberikan semangat anakmu untuk tetap bertahan melawan virus-virus tersebut. Hanya ini yang bisa saya lakukan, aku tak mempunyai banyak uang untuk membantumu. Jika kamu mau, anakmu titipkan saja disini kalau kamu kerja nantia akan aku jaga baik-baik Ran.” Ujar Lala. “Terima kasih La, tapi apa kamu tidak takut tertular penyakit AIDS?” Tanya Ranti. “Saya tidak akan pernah takut karena yang namanya AIDS hanya bisa tertular melalui cairan darah, cairan sperma atau vagina dan lewat susu ibu. Jadi penyakit AIDS tidak akan menular melalui makan dan minum bersama atau pun pemakaian alat makan minum bersama, pemakaian fasilitas umum, ataupun melalui cairan keringat. Jadi tidak perlu khawatir” Penjelasan dari Lala .”Makasih banyak La, semoga anakku cepat sembuh ya” Jawab Ranti.
Demam, mual, badan semakin kurus, keluar keringat dingin, penyakit mudah masuk, sakit, itulah yang kini anakku rasakan. Yang bisa kulakukan adalah memotivasi anakku untuk kuat hidup melawan puluhan, ratusan, bahkan jutaan virus yang menyerang tubuhnya. Berdoa, berdoa dan berdoa kepada Yang Maha Esa semoga diberi umur panjang untuk menikmati hidup di dunia ini.
Ku coba untuk mencari suamiku, tak ku bayangkan bagaimana keadaan suamiku kini? Ku coba telusuri ke rumah teman-temannya. “Assalamu’alaikum mas, Benarkah ini rumah saudara Dio?“ Tanya Ranti. “Iya benar, kenapa? “ Jawab Dio. “Apakah kamu tau dimana Reno sekarang?“ Tanya Ranti kembali. “Maap mbak, sekarang Reno sudah tak ada, ia mengalami overdosis pada saat mengonsumsi narkoba.“ Jawab Dio dengan suara lirih. Tersayat hati ini mendengar pernyataan tersebut. Walaupun perlakuannya sering membuatku kecewa tapi ia adalah tetap ayah dari Ali. Segera ku cari makamnya dengan alamat yang diberikan oleh Dio. Benar-benar syok pada saat melihat batu nisan tertulis nama Reno. Kini apa yang dapat Ranti berikan kalau bukan seuntai doa. Ku panjatkan doa untukmu Reno suamiku, semoga Reno diterima di sisinya dan diberikan ampunan atas segala tindakan yang pernah ia lakukan di dunia.
Ku jalani hari-hari ini untuk anakku, keikhlasanlah yang bisa ku lakukan saat ini. Bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepadaku, menghadapi masalah dengan bertawakal dan berusaha itu adalah hal yang paling sering ku lakukan saat ini.

Kini perjuangan anakku telah usai dan kini aku berterima kasih kepada Allah karena mulai dari sini aku memulai membuka mata untuk selalu menolong orang-orang yang mengalami kesulitan, tidak boleh menyalahkan Allah dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah ia limpahkan. Bagian tersulit dari hidup bukanlah melupakan masa lalu, tetapi membangun kembali apa yang pernah hancur di masa lalu. Belajar dari kehidupan yang saya alami kini saya menjadi aktivis penyakit AIDS Indonesia.