CINTAKU DI UJUNG
VIRUS HIV
“Aku ini siapa? Kenapa aku ditakdirkan
untuk menjadi orang seperti ini?” Katanya dalam hati. Seharusnya aku harus
bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini dan bertemu dengan
ibu panti yang baik hati. Yah itulah aku Ranti Maria. Aku adalah seorang
perempuan biasa yang nasibnya kurang beruntung, karena waktu masih bayi aku
sudah dibuang oleh ibuku ke panti asuhan, entah apa salahku sehingga ibuku tega
membuang aku,masih untung aku dibuang di panti asuhan bukan di tempat sampah ,dan
lebih beruntungnya lagi aku diasuh oleh
seorang ibu panti yang sangat baik hati.Ia selalu sabar dalam menghadapi
anak-anak panti dan tegar dalam menghadapi segala persoalan. Umurku sekarang
sudah 22 tahun, tapi ya beginilah aku hanya seorang anak panti yang hanya
mengenyam pendidikan sampai smp saja. Aku sudah beberapakali mencari pekerjaan
untuk membantu biaya keperluan panti ini namun apa boleh buat, ditolak sana
sini sudah biasa bagiku. Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk memilih menjadi
pekerja di warung makan padang, walaupun tidak seberapa gajinya setidaknya aku
bisa membantu ibu panti.
“Ran andai nanti kamu dipinang oleh mas Toni, jangan lupakan kita
semua ya!” (Dengan suara lembut) Kata
sahabatnya yang sekamar dengan Ranti. “Kamu bicara apa sih La,mana mau keluarga mas Toni dengan ku?” Jawab Ranti. ”Emang
kenapa? Kamu rajin,cantik,pandai masak kurang apa coba?” Sahut Lala. “Sudah
malam nih tidur dulu ya cantik.” Kata
Ranti
Pada suatu hari Ranti diajak ke rumah
Toni untuk dikenalkan kepada orang tuanya. “Aku takut kalau orang tuamu tak
merestui hubungan kita” kata Ranti. “Kenapa harus takut? Orang tuaku baik kok.”
Jawab Toni. Kita bersama-sama memasuki rumah. “Tok tok tok selamat malam ma.” Sapa Toni. “Selamat malam nak, ayo
silahkan duduk! Ini siapa nak cantik sekali?” Sapa mama Toni. “Kenalin Ma ini
Ranti pacarku” (Rantipun tersenyum).
“O orang mana nak? Sudah kerja atau masih kuliah? Orang tuamu kerja dimana?”
Pertanyaan dari ayah Toni. “Saya anak
Panti Asuhan Sukasari tante, saya sudah kerja di warung makan padang, dan saya
tidak tahu dimana orang tua saya.” Jawab polos Ranti. Setelah mendengar jawaban
dari Ranti raut wajah orang tua Toni yang awalnya semangat menjadi sadis kepada
Ranti.
Setelah acara makan malam itu selesai
kemudian Ranti memilih langsung pulang karena ia telah yakin terhadap keputusan
yang akan disampaikan oleh orang tua Toni. Sudah biasa Ranti dihina, dicaci
maki dan dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Keesokan harinya Ranti
bertemu dengan Toni dan memutuskan untuk putus. Toni menolak tapi keputusan
yang diambil Ranti sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat.
Setelah lima bulan putus dengan Toni,
Ranti belum menemukan orang yang pas untuk menggantikan sosok Toni. Ranti
mengisi hari-harinya dengan bekerja dan membantu ibu panti mengurusi anak-anak
panti yang masih kanak-kanak.
Seminggu kemudian sahabatnya yang
bernama Lala menikah dengan orang yang dicintainya. “Ran jangan lupa
kapan-kapan mampir di rumahku ya, dekat sini kok di jalan Mangga No 5.” Kata
Lala. “Iya sayang, semoga menjadi keluarga sakinah
mawadah warohmah ya.”
Pada saat siang hari ada seorang pembeli
laki-laki, ia berpakaian rapi, tinggi dan
tampaknya seperti orang kaya gitu. “Mbak nasi sama lauk pauk komplit
ya!” Pinta lelaki itu. “Iya, tunggu bentar ya.” Jawab Ranti. Nampaknya lelaki
itu jatuh hati kepada Ranti dan mulai saat itu lelaki itu sering makan di warung
tersebut. Pada saat Ranti mau pulang ke panti tiba-tiba lelaki itu memberanikan
diri untuk mengajak kenalan. Dan Rantipun asal mau diajak kenalan oleh lelaki
itu, sepertinya lelaki itu anak baik-baik. Nama lelaki tersebut adalah Reno.
Reno sangat baik kepada Ranti dan sangat
perhatian, selain itu juga menerima Ranti apa adanya. Ia sering mengantarkan
pulang Ranti ke panti. Seiring berjalannya waktu Reno dan Ranti menjalin tali
kasih dan suatu saat Reno mengajak menjalin hubungan yang lebih serius. Seperti
biasa hubungan Reno dan Ranti tak mendapat restu dari orang tuanya. Akhirnya
mereka memutuskan untuk nikah paksa.
Keputusan telah mereka ambil dan harus
berani melaksanakan. Reno sudah tak dianggap oleh keluarganya sebagai anak,
sedangkan Ranti tak punya harta apa-apa, itu artinya mereka hidup dengan
keadaan yang pas-pasan. Ranti masih tetap bekerja di warung makan sedangkan
Reno gagal di bisnisnya. Ia mengalami gulung tikar. Dengan gaya hidup Reno yang
mewah membuat keadaannya semakin stress.
Waktu
demi waktu terus berjalan hingga ia mempunyai seorang anak laki-laki
yang berusia enam tahun. “Kenapa ini harus terjadi kepada malaikat kecilku?
Kenapa engkau tak timpakan kepadaku saja? Apa yang telah ia perbuat sehingga
kau memberikan hukuman ini kepada anakku Tuhan?” Rintihan Ranti yang kini sudah
menjadi seorang ibu. “Ma sakit ma.” Rintihan sakit dari anak Ranti yang bernama
Ali.
“ Dok gimana keadaan Ali? Apa penyakit
yang diderita Ali sudah menyebar ke seluruh tubuh? ” Tanya Ranti. “ Keadaan Ali
sudah sangat kritis tapi kini kami belum menemukan obat untuk menyembuhkan
penyakit tersebut. ” Jawab Dokter. Air mata ini terus mengalir ketika mendengar
itu semua, apalagi pada saat anakku merintih kesakitan betapa teriris hati ini.
Betapa bodohnya aku, kenapa dulu aku
menikah dengan orang yang tak ku ketahui masa lalunya, masa lalu yang suram, bagaikan
lembah hitam di kehidupan ini. Ternyata orang yang aku nikahi adalah dulunya
seorang pecandu barang setan. Barang setan tersebut kini telah merayu suamiku
kembali dan pada saat dalam kondisi ekonomi kami tersungkur, ternyata ia tak
kuat dengan gaya hidup yang seadanya, ia memilih hidup dengan barang setan
tersebut. Dan kini apa yang telah terjadi? Karena ketidaktahuanku terhadap
masalalunya, kini dampaknya adalah anakku, anakku yang tak berdosa harus
menahan sakit yang luar biasa, virus-virus yang menggerogoti sel darah putih anakku
dan menyebabkan rusaknya sistem kekebalan, daya tahan tubuh anakku melemah, kini
barbagai penyakit menyerang anakku karena ulah dari virus HIV.
Sekarang aku lemah, aku tak sanggup
melihat kehidupanku seperti ini, aku marah sama tuhan kenapa ini terjadi
kepadaku? Suamiku hilang entah kemana, ia memilih kembali hidup bersama obat
haram tersebut, anakku yang tak berdosa harus menanggung semua ini. Kenapa?
Kenapa? Uang tak berkecukupan untuk membeli obat antibody, obat yang hanya berfungsi untuk mencegah perkembangbiakan
virus HIV tersebut.
Langkah demi langkah kaki ini menuju ke
rumah sahabatku yang bernama Lala. “Masuklah!” Perintah Lala. Air mata ini tak
kuasa ku bendung. “Aku tidak kuat dengan cobaan ini La.” Rintih Ranti. “Kamu
harus bangkit, kamu harus tegar meghadapi masalah ini! Kamu harus memberikan
semangat anakmu untuk tetap bertahan melawan virus-virus tersebut. Hanya ini
yang bisa saya lakukan, aku tak mempunyai banyak uang untuk membantumu. Jika
kamu mau, anakmu titipkan saja disini kalau kamu kerja nantia akan aku jaga
baik-baik Ran.” Ujar Lala. “Terima kasih La, tapi apa kamu tidak takut tertular
penyakit AIDS?” Tanya Ranti. “Saya tidak akan pernah takut karena yang namanya
AIDS hanya bisa tertular melalui cairan darah, cairan sperma atau vagina dan
lewat susu ibu. Jadi penyakit AIDS tidak akan menular melalui makan dan minum
bersama atau pun pemakaian alat makan minum bersama, pemakaian fasilitas umum, ataupun
melalui cairan keringat. Jadi tidak perlu khawatir” Penjelasan dari Lala .”Makasih
banyak La, semoga anakku cepat sembuh ya” Jawab Ranti.
Demam, mual, badan semakin kurus, keluar
keringat dingin, penyakit mudah masuk, sakit, itulah yang kini anakku rasakan.
Yang bisa kulakukan adalah memotivasi anakku untuk kuat hidup melawan puluhan, ratusan,
bahkan jutaan virus yang menyerang tubuhnya. Berdoa, berdoa dan berdoa kepada
Yang Maha Esa semoga diberi umur panjang untuk menikmati hidup di dunia ini.
Ku coba untuk mencari suamiku, tak ku
bayangkan bagaimana keadaan suamiku kini? Ku coba telusuri ke rumah
teman-temannya. “Assalamu’alaikum
mas, Benarkah ini rumah saudara Dio?“ Tanya Ranti. “Iya benar, kenapa? “ Jawab
Dio. “Apakah kamu tau dimana Reno sekarang?“ Tanya Ranti kembali. “Maap mbak,
sekarang Reno sudah tak ada, ia mengalami overdosis pada saat mengonsumsi
narkoba.“ Jawab Dio dengan suara lirih. Tersayat hati ini mendengar pernyataan
tersebut. Walaupun perlakuannya sering membuatku kecewa tapi ia adalah tetap
ayah dari Ali. Segera ku cari makamnya dengan alamat yang diberikan oleh Dio.
Benar-benar syok pada saat melihat batu nisan tertulis nama Reno. Kini apa yang
dapat Ranti berikan kalau bukan seuntai doa. Ku panjatkan doa untukmu Reno
suamiku, semoga Reno diterima di sisinya dan diberikan ampunan atas segala
tindakan yang pernah ia lakukan di dunia.
Ku jalani hari-hari ini untuk anakku,
keikhlasanlah yang bisa ku lakukan saat ini. Bersyukur atas apa yang diberikan
Allah kepadaku, menghadapi masalah dengan bertawakal dan berusaha itu adalah
hal yang paling sering ku lakukan saat ini.
Kini perjuangan anakku telah usai dan kini
aku berterima kasih kepada Allah karena mulai dari sini aku memulai membuka
mata untuk selalu menolong orang-orang yang mengalami kesulitan, tidak boleh
menyalahkan Allah dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah ia
limpahkan. Bagian tersulit dari hidup bukanlah melupakan masa lalu, tetapi
membangun kembali apa yang pernah hancur di masa lalu. Belajar dari kehidupan
yang saya alami kini saya menjadi aktivis penyakit AIDS Indonesia.